Soy Tu Duena Episodes and Clips, Watch Soy Tu Duena Videos Free Soy tu dueƱa capitulo Movie Telenovela Amor Real.

Pages

Monday, September 6, 2010

Gedung Baru DPR

Gedung Baru DPR, Dewan Perwakilan membuat keributan lagi dengan rencana pembangunan gedung baru senilai Rp1,2 triliun. Ini akan menjadi salah satu gedung yang mewarnai kompleks DPR, sebuah landmark nasional.

Gedung Baru DPR, Pimpinan DPR periode 2004-2009 berencana melakukan penataan ulang kompleks Gedung DPR seperti dilansir dari situs resmi DPR/MPR. Ketua DPR saat itu, Agung Laksono bahkan menggelar sebuah sayembara. Dia berkaca pada sejarah gedung yang dibangun sejak 8 Maret 1965 itu.

Gedung DPR dulu lahir karena sebuah sayembara tepatnya sekitar bulan Nopember 196, dimana sebelumnya adanya keputusan pembangunan gedung untuk menyambut Conference of The New Emerging Forces (Conefo). Conefo yang rencananya digelar tahun 1966 itu akan dihadiri negara-negara dari Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara sosialis, negara-negara komunis, dan semua kekuatan progresif kapitalis.

Pembangunan gedung Conefo berdasarkan Keputusan Presiden Soekarno Nomor 48 tahun 1965 yang menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga saat itu, Soeprajogi, untuk membangun gedung Conefo.

Kemudian pemerintah memutuskan mengadakan sayembara dan diikuti oleh tiga perusahaan konsultan perencanaan dan perorangan.

Menurut Agung, dari hasil sayembara itulahlah maka tercipta gedung monumental yang khas jika dibandingkan dengan gedung parlemen di dunia. "Kekhasan terlihat dari contoh bentuk atap yang menyerupai sayap burung garuda," kata Agung dalam Pidato pembukaan workshop penataan ulang kawasan kompleks MPR/DPR/DPD di Gedung Nusantara IV, 24 Juni tahun silam.

Model itu belum pernah diciptakan di seluruh dunia dan merupakan hasil karya Soejoedi Wirjoatmojo.

Sejarah pembangunan gedung DPR ini diamini anggota DPR periode yang sama, Lukman Hakiem. Namun mantan anggota Komisi X DPR ini mengatakan, sayembara yang digelar Agung, tidak didesain untuk gedung parlemen.

"Dulu yang dipikirkan oleh DPR 2004-2009 itu grand design kompleks gedung parlemen, karena kami belum pernah merancang kompleks gedung parlemen," kata dia dalam pesan singkatnya.

Saat Bung Karno lengser, Conefo batal dan Presiden Soeharto menetapkan kompleks itu jadi kompleks gedung parlemen. "Akibatnya, pembangunan di kompleks tersebut berlangsung sporadis, tanpa arah," kata dia.

Contoh kecil, kata Lukman, pembangunan "plang MPR-DPR-DPD" di depan yang merusak estetika karena menutupi pandangan kepada landmark DPR berupa kesatuan antara air mancur, monumen Bhineka Tunggal Ika, dan gedung atap kura-kura.

"Karena tidak dirancang untuk jadi gedung parlemen, maka tidak ada lahan khusus untuk para pendemo. Maka, setiap ada demo, kepentingan umum terganggu, karena Jalan Gatot Subroto macet."

DPR periode lalu, seingat Lukman, belum pernah menyetujui rancangan apa pun terkait pembangunan gedung baru DPR. Waktu itu, DPR berpendapat bahwa kompleks gedung parlemen akan jadi salah satu landmark nasional sehingga harus ada sayembara terbuka untuk merancangnya.


"Belum pernah ada sayembara, eh tiba-tiba (sekarang) ada pembangunan gedung baru," ujarnya.

DPR periode sekarang merencanakan pembangunan gedung baru dengan anggaran fantastis. Penolakan pun mewarnai proses pembahasan berapa 'uang rakyat' yang akan dipakai dalam membangun gedung baru DPR yang ditunjang dengan fasilitas plus itu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...