Soy Tu Duena Episodes and Clips, Watch Soy Tu Duena Videos Free Soy tu dueƱa capitulo Movie Telenovela Amor Real.

Pages

Thursday, April 22, 2010

Hari Bumi 2010

Tanggal 22 April dicanangkan sebagai Hari Bumi, dan sepertinya biasanya seminggu sebelum perayaan tersebut dimana mana diadakan berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan penyehatan lingkungan seperti menanam pohon, lomba membuat bahan daur ulang, lomba menulis artikel mengenai bumi dan lain lain.

Tetapi sering kita lihat berbagai kegiatan tersebut lebih bersifat momentual (sesaat) daripada berkesinambungan. Penyelamatan bumi seharusnya merupakan suatu journey atau perjalanan yang tak henti hentinya hingga bumi menjadi makin hijau dan nyaman untuk ditinggali.

Kita juga selalu terkungkung dengan kegiatan yang lebih bersifat seremonial sesaat dan ini merupakan ciri khas dari bangsa ini. Program menanam pohon lebih bersifat seremonial karena setelah pohon ditanam seminggu kemudian sudah kering dan mati karena pejabat yang menanam pohon sudah pulang ke Jakarta dan aparat di daerah juga lupa apa yang dikerjakannya seminggu yang lalu.

Contoh paling nyata adalah di Jakarta, saat perayaan ulang tahun DKI Jakarta hampir semua halte bis di sepanjang Jln Thamrin digantung pot bunga lengkap dengan bunga yang menjuntai. Tapi coba sekarang kita lihat pot bunga tersebut, jangankan bunga makin segar, pot bunga tersebut justru telah menampung air dan menjadi sarang pembiakan nyamuk Aedes.

Harian Analisa 18 April memuat hampir 4 lembaran penuh artikel yang berkaitan dengan bumi, lingkungan,masalah kesehatan yang terkait dengan pemanasan global. Semua bahan bacaan tersebut terasa sangat mengugah, lengkap, penuh wacana. Tetapi yang perlu diingat adalah tulisan tetaplah tulisan bila tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

Kita adalah bangsa yang suka dengan wacana tanpa ada tindakan. Menulis dan berteori adalah kepintaran kita, tapi bertindak bukan ciri khas kita. Apapun yang ditulis adalah hak intelektual penulis, tetapi apakah tulisan yang dimuat mampu mengugah orang untuk berbuat adalah urusan lain. Buat apa kita menulis seribu halaman artikel bila tidak secuilpun tindakan kita diterapkan?

Dalam merayakan Hari Bumi, marilah kita mulai dari diri kita dulu (It starts from me). Ada beberapa pertanyaan yang hanya perlu dijawab di dalam hati.

1.Sudahkah saya membawa tas sendiri saat berbelanja ke pasar, supermarket, mal ??

2.Sudahkah saya membawa wadah sendiri saat beli sarapan, makan siang dan makan malam? Apakah saya masih rajin membeli minuman kemasan botol plastik, kemasan sekali pakai yang sisa produknya sangat mencemari lingkungan? Apakah saya masih selalu meminta sumpit bambu sekali pakai, sendok dan garpu plastik setiap kali mau makan?

3.Apakah saya sudah mengajari anak anak saya untuk mencintai lingkungan dengan mengajarkan mereka tidak membeli makanan kemasan yang wadahnya terbuat dari bahan yang sulit didaur ulang?

4. Seberapa banyak pohon yang saya tanam dalam enam bulan terakhir? Seberapa hijaukah pekarangan rumah saya ? Menanam pohon dan menanam bunga tidaklah sama efeknya. Pohon dengan daun yang lebat sangat membantu proses penyegaran lingkungan.

5. Berapa jam dalam sehari saya menghidupkan mesin pendingin (Air conditioner). Apakah saya tetap menghidupkan AC walau tak seorangpun berada dalam kamar?

6. Apakah saya masih boros menggunakan deterjen, bahan pemutih, dan sebagainya yang akan sangat mencemari lingkungan? Dan dalam sebulan saya butuh berapa botol cairan pembasmi nyamuk? Bila alasannya adalah banyak nyamuk dan lalat tentulah harus disemprot supaya tidak menimbulkan penyakit. Pertanyaannya adalah apakah nyamuk dan lalat itu datang sendiri? Nyamuk tentu akan membuat sarang bila lingkungan kita jorok, air tergenang, sampah berserakan.

7.Apakah saya sudah mampu memisahkan mana sampah organik dan mana yang sulit didaur ulang?

Tentunya pertanyaan pertanyaan ini bukan untuk mendikte pembaca, tetapi hanya sebagai renungan apakah kita yang berteriak teriak untuk menyelamatkan bumi sudah mengerti apa artinya.

Bila kita hanya bisa berkampanye, menulis, membuat diskusi panel tanpa implikasi nyata, tentu semua slogan hanya retorika belaka yang kehilangan makna.

Di saat yang bersamaan kita juga sedang dalam suasana pemilihan kepala daerah tingkat II, tapi tak seorangpun dari semua kandidat memilih topik penghijauan kota Medan. Para kandidat berlomba lomba mengunjungi pasar, mengunjungi para PKL, memberikan sumbangan bahan pokok makanan (lima tahun sekali dikasih sembako). Tak seorangpun kandidat mengadakan acara menanam seribu pohon di Medan atau terjun ke sungai mengangkat sampah yang bertumpuk di pinggiran sungai.

Bila ada salah satu kandidat yang berani dan nekad melakukan penghijauan, maka beliau sudah tentu merupakan pilihanku di saat pencoblosan. Selamat merayakan Hari Bumi, bila tidak dari diri sendiri, apa kata dunia ?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...